Pages

Jumat, 23 September 2011

Awas Bom !!!!!!!!

Awas ada boooooooooooooooooooooooooomm, jduaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarr


Allah SWT berfirman :
"Tidaklah Kami mengutus engkau, kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam". (QS. Al-Anbiya: 107).

Sebagai agama yang penuh kasih sayang dan rahmat kepada pemeluknya bahkan kepada seluruh semesta alam, Islam sangat jauh dari tindakan-tindakan terorisme. Sebab terorisme mengandung makna yang jauh dari ilai-nilai Islam.

Terorisme dalam bahasa Arab disebut dengan Al Irhab, Al Irhab secara bahasa adalah melakukan sesuatu yang menyebabkan kepanikan, ketakutan, membuat gelisah orang-orang yang aman, menyebabkan kegoncangan dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dan menghentikan aktivitas mereka serta menimbulkan gangguan dalam keamanan kehidupan dan interaksi. Adapun maknanya dalam syari'at adalah segala sesuatu yang menyebabkan kegoncangan keamanan, pertumpahan darah, kerusakan harta atau pelampauan batas dengan berbagai bentuknya (Syaikh Doktor Sholih Bin Ghonim As-Sadlan). Maka tindakan penge-BOM-an tanpa hak, atau sembarangan saja ini termasuk terorisme. Jika dikatakan, tindakan itu adalah untuk memerangi orang-orang kafir/non-muslim, maka jawabannya adalah :

Para Ulama ahli fiqih atau fuqoha setelah meneliti Al-Qur'an dan Al-Hadits, kemudian mereka menyimpulkan pembagian orang kafir dalam Islam ke dalam 3 golongan :
1. Kafir dzimmi, yaitu kafir yang tinggal di negeri muslimin dan mereka membayar upeti/jizyah sebagai kewajiban dari pemerintah kaum muslimin untuk mereka. Kafir jenis ini diberikan perlindungan dan tidak boleh diperangi.
2. Kafir mu'ahad, yaitu kafir yang berjanji atau terikat denga perjanjian untuk menahan diri dari berperang kaum muslimin. Ini juga tidak boleh diperangi.
3. Kafir musta'man, yaitu kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir jenis ini juga tidak boleh dibunuh sepanjang masih berada dalam jaminan keamanan.
4. Kafir harbi, yaitu kafir yang selain 3 jenis di atas atau kafir yang mengangkat senjata untuk memerangi kaum muslimin,merekalah yang harus diperangi.
Dan di negeri kita ini, hanya ada kafir mu'ahad dan musta'man, dikatakan demikian karena mereka tingga di negeri ini dengan mengikuti segala peraturan yang diterapkan atau pemerintah memberikan jaminan keamanan kepada mereka. Dan Rasulullah SAW pernah bersabda :

"Siapa yang membunuh kafir mu'ahad , ia tidak akan pernah mencium bau surga" (Dari 'Abdullah bin 'Amr, riwayat Al-Bukhary, An-Nasa'i dan Ibnu Majah).

Maka lihat, siapa yang mereka inginkan untuk di-BOM ?? kafir jenis mana ?? kalaupun harbi-jika menurut mereka- maka mana kekuatan kalian ?? Rasulullah SAW jika memerangi orang kafir, tidak sembunyi-sembunyi tetapi turun ke medan perang yang sebenarnya. Namun, kafir yang mereka inginkan jyga bukan jenis ini. Dan sungguh sangat disayangkan, ternyata korban penge-BOM-an kebanyakan adalah kaum muslimin sendiri, maka dengarkanlah Allah SWT mengancam :

"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya" (QS.An-Nissa:93).

Benarlah, pentingnya ilmu sebelum beramal dan berkata, tidak cukup hanya niat yang baik atau semangat belaka sebagai dasar dalam beramal, tapi ilmu sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul.

http://www.AWSurveys.com?R=Dewa_Matrix

Jumat, 27 Mei 2011

Detik-detik Sakaratul Maut Rasulullah SAW

Inilah bukti cinta yang sebenar-benarnya tentang cinta, yang telah dicontohkan Allah SWT melalui kehidupan Rasul-Nya.


Pagi itu, meski langit mulai menguning di ufuk timur, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayapnya. Rasulullah dengan suara lemah memberikan kutbah terakhirnya, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, al-Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasul yang tenang menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

“Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk.

“Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah.

“Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah.

Fatimah menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut telah datang menghampiri. Rasulullah pun menanyakan kenapa Jibril tidak menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi, semua penjelasan Jibril itu tidak membuat Rasul lega, matanya masih penuh kecemasan dan tanda tanya.

“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” tanya Jibril lagi.

“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak, sepeninggalanku?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril meyakinkan.

Detik-detik kian dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

“Jibril, betapa sakitnya, sakaratul maut ini.” Perlahan terdengar desisan suara Rasulullah mengaduh.

Fatimah hanya mampu memejamkan matanya. Sementara Ali yang duduk di sampingnya hanya menundukan kepalanya semakin dalam. Jibril pun memalingkan muka.

“Jijikkah engkau melihatku, hingga engkau palingkan wajahmu Jibril?” tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril sambil terus berpaling.

Sedetik kemudian terdengar Rasulullah memekik kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku,” pinta Rasul pada Allah.

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali pun segera mendekatkan telinganya.

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatiii?” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran kemuliaan itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya. Seperti Allah dan Rasul mencintai kita semua.